KISAH PERJALANAN BERSEPEDA SURABAYA – BANYUWANGI






Persiapan

Dalam rangka perjalanan jarak jauh menggunakan sepeda, terdapat beberapa hal yang saya siapkan (existing condition) yaitu;

1. Izin

Perwujudan dari sebuah restu serta doa sangat saya perlukan bagi kesiapan mental saat berada dijalanan dengan segala macam tanntangannya. Kebetulan, orang tua serta istri dan anak menyetujuinya.

2. Route

Perencanaan kali ini saya rumuskan bahwa ke berangkatan akan menempuh jalur Selatan pada tanggal 31 Desember 2008 dan kembali pulang melalui jalur Utara pada tanggal 3 Januari 2009.

3. Sepeda

Kesempatan kali pertama ini saya menggunakan sepeda jenis Cross Country yang menggunakan ban on road, Sprocket Mega Range 8 Speed, Sadel lebar. Sebelum digunakan selama perjalanan jarak jauh, saya menyempatkan diri untuk meservis, memperbaikinya agar nyaman digunakan terutama pada penyetelan system perubahan gear dan system pengereman sepeda.

4. Peralatan & Perlengkapan

Untuk menunjang perjalanan jarak jauh sangat diperlukan peralatan serta perlengkapan tambahan. Berikut ini yang saya bawa; Ransel 25 Kg 2 buah, Lampu malam hari, Pakaian selama bersepeda, pakaian ganti, ban dalam cadangan, alat tambal ban, jagang segitiga, Rain Coat, Cover Bag danPlastik penutup barang bawaan, matras, parang tebas, makanan dan minuman sebagai suplemen, Kamera+MP3+Handphone integrated, obat-obatan, alat tulis serta uang secukupnya.

Selasa 30 Desember 2008

Pekerjaan akhir tahun memang menyita waktu, tenaga serta pikiran. Sebelumnya sudah saya usahakan untuk dilembur hingga malam dan menggunakan hari libur untuk mengerjakan beberapa tanggung jawab. Pada pukul 20.00 WIB baru saya meluncur pulang kerumah dan bertemu dengan pengendara sepeda yang tinggal di Delta Sari bernama Om Irwan sempat ngobrol di depan stasiun Waru. Mendekati rumah saya langsung masuk tempat potong rambut untuk menggundul kepala seperti tradisinya Cak Paimo saat akan melakukan perjalanan jarak jauh dengan sepeda kayuh. Senyampang ingat, saya membeli baterai dan karet pengikat barang di toko listrik kemudian menuju rumah untuk mempacking barang bawaan. Lepas pukul 00.00 WIB baru saya dapat memejamkan mata setelah mendapatkan kepastian bahwa esok hari akan di lepas oleh beberapa rekan pekerja bersepeda di Surabaya pada pukul 08.00 WIB bertemu di Aloha.

Namun sayangnya karena semangatnya, saya hanya menggunakan sedikit waktu untuk beristirahat tidur malam karena menyempatkan diri untuk “bercinta” dengan Istri tersayang.

Rabu, 31 Desember 2008

Bangun pada pukul 04.30 WIB untuk sedikit membantu tugas-tugas istri dirumah serta merampungkan packing sepeda. Karena banyak hal yang tidak semestinya dipikirkan maka pagi itu saya tidak sempat untuk sekedar sarapan pagi.

Pukul 07.00 WIB saya meluncur menuju SPBU Aloha dimana beberapa rekan pekerja bersepeda telah menunggu untuk ikut mengantarkan saya sekedar melepas keberangkatan. Perjalanan dari rumah menuju tempat bertemu dengan teman-teman mengalami gangguan ketika air mineral botolan yang dibawa berulang kali terjatuh karena diletakkan disela matras yang kosong.

Pukul 07.30 WIB saya bertemu rekan-rekan yang akan ikut melepas saya, sayangnya saya juga harus ikut menunggu rekan yang belum dating untuk ikut. Setelah semua berkumpul, kami memulai perjalanan dari Aloha sebagai titik nol Kilometer pada pukul 07.55 WIB melewati Gedangan – Buduran – Alun-alun Sidoarjo sebagai tempat pelepasan adalah jalur percabangan arah luar kota di jalan Gajah Mada Sidoarjo.

Kesempatan ini, Om Haho melanjutkan perjalanan dengan saya melalui Candi – Tanggulangin – Porong – Jabon – Beji Pasuruan. Pukul 09.30 WIB saya bersama Om Haho tiba di depan R.M. Rawon Pasuruan dan mulailah perjalanan sendirian saya menuju Banyuwangi.

Perjalanan mulai terasa panas oleh terik matahari ketika saya memasuki Kecamatan Rembang setelah melalui Bangil. Selama perjalanan saya tidak mengalami hambatan berarti karena kontur jalan yang didominasi dataran lurus dengan sesekali tanjakan kecil diantara Rembang – Grati. Sempat berhenti untuk membeli es buah rumput laut disekitaran Terminal baru Pasuruan seharga Rp. 2.500. Memasuki Grati dipinggiran jalan banyak terdapat pepohonan besar yang meneduhi perjalanan dan penjual Durian. Tiba di Tongas pada pukul 13.15 WIB setelah menyempatkan diri untuk makan siang di WARKET dekat gudang PUSKUD Tongas. Di rumah family istri saya inilah kesempatan untuk menyegarkan tubuh mulai mandi, ganti baju dan tidur siang hingga pukul 16.00 WIB.

Saat mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba pesan singkat masuk dari Om Hudha personil Group Sepeda Santai Leces bahwa Leces hujan deras disertai angina kencang. Kembali saya membongkar barang bawaan untuk menyediakan Rain Coat. Pada akhirnya, pukul 16.45 WIB saya baru meluncur menuju Leces melalui ketapang – Terminal Probolinggo – Dringgu – Leces.

Sempat mampir ke sebuah supermarket di Leces untuk membeli air mineral yang ternyata hilang dalam perjalanan dan 3 batang coklat sekaligus memberi khabar kepada rekan-rekan GSS Leces. Di halte depan pabrik kertas Leces saya bertemu dengan Om Arif sekitar pukul 17.50 WIB kemudian disusul Om Hudha yang kemudian mengajak saya menuju kediaman Om Arif hingga pukul 19.30 WIB untuk melanjutkan perjalanan melalui Tegalsiwalan – Ranuyoso – Klakah yang tiada henti kontur jalannya menanjak serta selalu dilalui oleh kendaraan bermotor besar sejenis Bus, Truk Gandeng dan Tronton. Disinilah saya melatih kesabaran berhadapan dengan jalan menanjak serta kendaraan bermotor besar yang hamper sering kali menyerempet sepeda yang saya kayuh.

Begitu banyak pesan singkat berbunyi namun tidak saya buka karena kondisi tidak memungkinkan, sempat mengangkat telepon dari Om Jay yang menanyakan lokasi dan memberitahukan sedang mengadakan acara baker ikan bersama rekan-rekan pekerja bersepeda. Dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam saya lalui tanjakan yang ada hingga pada pukul 22.00 WIB berhenti untuk makan malam di sekitaran terminal Lumajang setelah menikmati jalan berkontur turunan. Dua gelas the panas dan sepiring nasi lalapan dengan lauk rempelo ati ayam ludes sudah menghabiskan Rp. 8.000 saja. Setelah 2 batang rokok terbakar, perjalanan berlanjut dengan target Kabupaten Jember sebagai tempat peristirahatan. Namun apa mau dikata, kelelahan begitu mendera hingga terasa pada kendali sepeda yang mulai tidak teraah saat memasuki Jatiroto. Mungkin juga karena kondisi jalanan yang gelap tiada penerangan pulalah yang membuat saya memutuskan berhenti di depan SDN 2 Jatiroto untuk sejenak beristirahat dipinggiran jalan berteduh pada pos jaga masyarakat sekitar. Sepeda saya parker dengan tidak lupa mengunci dan menggunakan matras sebagai alas tidurnya. Sulit sekali rasanya tidur nyenyak, selain tubuh yang terasa pegal linu, suara kendaraan bermotor yang lalu-lalang seringkali disertai klakson, tiba-tiba tempat istirahat saya didatangi oleh 2 orang yang awalnya saya pikir warga sekitar. Namun ternyata warga Sampang Madura yang tersasar dan kemalaman mencari alamat sanak saudaranya, waktu saat itu menunjukkan pukul 01.15 WIB.

Kamis, 01 Januari 2009

Sulitnya terlelap tidur memutuskan saya berangkat mengayuh setelah Shalat subuh. Perlahan dengan pasti bersamaan dengan kayuhan sepeda di pinggiran kali Jatiroto, sinar matahari pagi menyeruak menghangatkan tubuh yang kedinginan diterpa angin berasal dari laju kendaraan bermotor besar di sepanjang jalan. Tanpa disangka, wujud Gunung Argopuro terpampang menyemangati awal tahun 2009 melanjutkan kayuhan sepeda walaupun rata-rata kecepatan hanya berkisar 15 km/jam.

Ada keinginan kuat untuk sarapan pagi, namun sepanjang jalan saya tidak menemui penjual makanan. Sepeda terus saya kayuh hingga tiba di jembatan kembar Tanggul. Di sini saya beristirahat untuk minum dan makan batangan coklat sambil menghisap pelan-pelan rokok.

Setelah puas beristirahat, pada pukul 07.15 WIB perjalanan dilanjutkan melalui Bangsalsari – Rambipuji – Jember yang kontur jalannya terus menanjak memaksa saya berhenti di Jl. Sriwijaya Jember untuk membeli segelas susu segar dicampur telur ayam kampong seharga Rp. 5000. Teriknya panas matahari kota Jember mempengaruhi semangat saya bersepeda. Walaupun begitu tetap saya kayuh melalui tanjakan-tanjakan hingga Mayang yang sebelumnya sempat berhenti untuk menikmati sejuknya air sungai karena engsel lutut kaki kiri terasa ngilu saat digunakan mengayuh. Saat itu, Om Surya Atma Jaya menelpon untuk bertanya khabar serta kondisi saya.

Perjalanan berlanjut, tertolong oleh rimbunnya pepohonan di sepanjang jalan Mayang – Silo – Alas Kumitir – Watu Gedong tetap tidak mampu mempercepat putaran roda sepeda kayuh yang saya tunggangi. Hingga Gapura memasuki Alas Kumitir pada pukul 11.50 WIB kecepatan rata-rata putaran roda adalah 8 km/jam. Menapaki Alas Kumitir yang menaik terjal, putaran roda hanya mampu dikisaran 5 km/jam tampa henti hingga pertengahan Alas Kumitir di Watu Gedong saya tiba pukul 14.15 WIB.

Semilir udara dingin menemani saya selama hamper 15 menit beristirahat, disinilah saya menyadari bahwa sarung tangan bersepeda dan pengunci standart/jagang/jagrak sepeda hilang sebelah. Setelah mengecek sepeda, segera saya turuni perbukitan Alas Kumitir. Inginnya laju sepeda dapat sekencang-kencangnya, namun kondisi jalan banyak berlubang sehingga tidak memungkinkan bagi roda sepeda on road. Guncangan begitu terasa di telapak tangan hingga terasa kesemutan walaupun fork telah terbuka dari kuncinya. Perjalanan menuruni perbukitan Alas Kumitir menuju Kali Baru – Krikilan ditempuh dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam. Memasuki Glenmore, kontur jalan berfariasi antara turunan dan tanjakan melelahkan hingga Sempu – Kali Kempit.

Waktu menunjukkan pukul 16.05 WIB saat memasuki Genteng dan sempat mampir ke tempat adik dari Mbah saya. Perjalanan dilanjutkan menuju Gambiran Jajag dengan jalan menurun hingga saya tiba di rumah adik saya pada pukul 17.25 WIB. Sampai disana saya langsung membongkar barang bawaan untuk kemudian membersihkan diri dari debu serta kotoran yang menghinggapi tubuh dan berganti pakaian bersih. Saat=saat seperti inilah rasa senang begitu meluap-luap mengalahkan lelahnya yang tiada terkira.

Jum’at 02 januari 2009

Bangun dari tidur sangat terasa beberapa bagian tubuh sakit, linu, ngilu dan pegal-pegal. Terutama lengan beserta engselnya dan kaki beserta engselnya. Jadi setelah shalat Jum’at di lokasi SMUN Gambiran, datanglah seorang wanita setengah baya untuk melakukan pijatan. Pijatannya lama, geli bercampur sakit rasanya karena tidak terbiasa dipijat. Bahkan sempat di kerokin menggunakan uang logam lima ratusan di punggung belakang dan sekitar kaki yang linu-linu.

Emang sih, rasa capek dari bersepeda jarak jauh hilang tapi berganti dengan rasa sakit dan perih setelah dipijat. Hari ini saya lalui dengan konflik fikiran apakah akan melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya melalui jalur Utara? Berbagai masukan dating, mulai dari jarak yang jauh, banyak orang gila berkeliaran di wilayah TN. Baluran, udara yang panas dari angin laut sampai seberapa berbahayanya pengemudi kendaraan bermotor saat melintasi jalan lintas utara. Berbagai respon dari rekan-rekan juga sampai kesaya setelah meminta pertimbangannya, secara umum mengatakan “masih ada waktu lain hari-yang penting Senin bisa beraktivitas kerja lagi”. Akhirnya saya putuskan untuk naik kendaraan umum saat ingin kembali ke Surabaya.

Sabtu, 03 Januari 2009

Tiba-tiba masuk pesan singkat dari rekan-rekan GSS Leces yang menanyakan kapan berangkat pulangnya dan om Hudha akan menghubungi Cycloholic di Paiton untuk membantu saya mendapatkan tempat transit. Kembali goyah pemikiran saya, tidak tenang rasanya karena merasa sanggup untuk menjalaninya. Pergulatan bathin terjadi, sifat naluriah saya yang eksestensialis mengedepan meninggalkan rasionalitas.

Tetapi akhirnya saya tetap pada pendirian untuk kembali ke Surabaya menggunakan transportasi umum karena istri tercinta ngidam tahu khas Banyuwangi yang sudah matang. Ya, sepele kesannya tahu Banyuwangi yang menghindarkan saya dari niat kembali ke Surabaya melalui jalur Utara dengan bersepeda.

Perkiraan saya, malam hari merupakan saat yang tepat untuk menggunakan transportasi umum saat ingin kembali membawa sepeda full bike. Setelah membongkar sekaligus mempacking beberapa komponen sepeda seperti; ban depan+belakang, fender, serta handle bar saya beristirahat. Malam hari pukul 22.30 WIB saya menuju terminal Jajag dengan membawa barang bawaan yang banyak seperti 2 buah tas ransel @ 25 kg, frame, dan ban sepeda. Semua barang tersebut saya masukkan ke belakang Bagasi Bus AKAS yang ongkosnya Rp. 39.000 + Rp. 10.000 untuk kernetnya seorang supaya mau membantu memasukkan dan mengeluarkan barangnya.

Selama diperjalanan sempat saya mengingat kembali betapa berat dan sulitnya route yang saya tempuh khususnya dari Jember menuju Banyuwangi. Ya, saya menghitung terdapat 6 Kabupaten yang saya lalui dengan sepeda kayuh.

Minggu, 04 Januari 2009

Pukul 04.30 WIB saya tiba di terminal Bus Bungur Asih, langsung dikerumuni banyak orang karena terlihat aneh dengan barang bawaannya. Saya langsung merakit kembali beberapa bagian sepeda yang saya bongkar langsung di terminal itu. Banyak yang berkomentar tentang sepeda saya bahwa pasti ini mahal. Bahkan ada yang mencoba-coba untuk memakai helm sepeda.

Mereka, orang-orang di terminal juga membantu saya saat memasang kembali bagian-bagian sepeda untuk dapat di kayuh kembali, terima kasih ya Pak ucap saya saat meninggalkan terminal Bungur Asih menuju rumah di PWI II Blok LL-14. Ternyata, saat memasang ban depan saya tidak cukup telaten dan teliti karena saatdi kayuh terlihat posisi fork di belakang dan rem belakang belum terpasang.

Belajar dari Pengalaman (Leasson Learn)

1. Kurang menjadwalkan latihan mengayuh sebelum berangkat,

2. Tidak menghitung secara detail kendala serta hambatan yang akan dihadapi dalam perjalanan,

3. Angin dan kendaraan bermotor kecil dan besar sungguh membahayakan merupakan subyek factor yang harus di waspadai,

4. Hambatan fisik terutama di kaki, seharusnya disiasati dengan menggunakan Dekker,

5. Lelah mudah melupakan kegiatan lainnya, seperti mencatat dan membuat dokumentasi.

Ucapan Terima Kasih saya sampaikan kepada :

1. Allah SWT

2. Ibunda,

3. Istri ku,

4. Anakku,

5. Mertua ku,

6. Adik dan keluarga,

7. Mas Achmad Basori,

8. Mas Hadi Susanto,

9. Mas Budi T&T,

10. Mas Arifin,

11. Mas Surya,

12. Mas Dewanto,

13. Mas Mahesa,

14. Mbak Gita,

15. Mbak Tia,

16. Dan banyak lainnya yang saya tidak sempat sebutkan karena peran serta partisipasinya.

Yang pasti dan sedang akan diagendakan adalah :

“PERJALANAN JARAK JAUH MELINTASI JALUR PANTAI UTARA JAWA TIMUR”

2 komentar:

  1. Narasi diatas merupakan hasil perjalanan saya "jengkol" yang gagal kembali ke Surabaya dengan bersepeda melalui jalur utara.

    BalasHapus
  2. om jeng memang luar biasaa... hal ini adalah milestone penting sepanjang perjalanan karir bersepeda om jeng.. semoga di waktu yang mendatang, om jeng semakin semangat bersepeda..

    oya om, sebenernya visi dan misi om jeng dalam bersepeda jarak jauh apa nih?

    BalasHapus

WACANA : Bersepeda Kayuh menuju Kantor

(Dimuat di Koran Harian SURYA}

Kabar tentang telah terjadinya kerusakan alam yang diakibatkan oleh umat manusia telah banyak kita dengar, baca, bahkan kita saksikan di seputaran belahan bumi, juga di tanah air tercinta Indonesia. Dampak lain terjadinya kerusakan alam juga telah mempengaruhi tingkat baik buruknya hidup manusia.

Berbekal informasi tersebut diatas, saya selama satu (1) bulan yang lalu memberanikan diri untuk berniat menggunakan sepeda kayuh saat menuju kantor yang berjarak + 7 km dari kediaman. Dari niatan saya tersebut, terdapat gambaran untuk melakukannya secara terjadwal atau secara rutin setiap hari kerja. Persiapan mengayuh sepeda dimulai dengan melengkapi peralatan yang dapat membantu selama perjalanan yaitu : Botol air minum, Sapu tangan guna mengurangi polusi asap kendaraan bermotor, Kaca mata pelindung debu, helm “cibhuk” ,jas hujan, serta tidak lupa membawa pakaian ganti. Pada awal niatan tersebut memang terjadi ketidak percayaan pihak lain terhadap niatan tersebut dengan seribu satu pemikiran pesimistik, tapi apa salahnya untuk mencoba suatu hal yang baru.

Pagi harinya disaat sinar matahari sedang menghangat, saya mulai mengayuh sepeda melalui jalanan padat oleh kendaraan bermotor baik roda dua ataupun empat. Saat melalui jalan yang tidak lebar bahkan jalanan umum, betapa kesabaran serta emosi saya diuji. Bagaimana tidak, suara bel dan klakson kendaraan bermotor silih berganti menyentak hati, juga tidak sedikit kendaraan bermotor pribadi maupun umum yang seringkali hampir menyerempet saya saat mendahului. Di saat-saat seperti itulah saya membayangkan betapa nyamannya bersepeda bila tersedia jalan khusus pengguna sepeda kayuh karena cukup banyak mereka yang menggunakan sepeda kayuh untuk bekerja menyambung hidup.

Tidak terasa, waktu tempuh menuju kantor tidak lebih dari duapuluh lima (25) menit dengan kayuhan santai namun cukup membuat keringat membasahi punggung yang tertutupi oleh tas ransel. Setibanya di kantor tanpa menunggu waktu, saya menenggak air putih yang tersedia sambil mengeringkan tubuh yang berkeringat untuk segera mengganti pakaian yang basah.

Kini, telah lebih dari satu (1) bulan saya menggunakan sepeda kayuh menuju kantor. Beberapa keuntungan yang telah saya petik dari kegiatan tersebut:

1. Tidak Perlu membeli bahan bakar dan pelumas untuk kendaraan bermotor,

2. Secara tidak langsung telah melakukan olah raga,

3. Bangun pagi lebih awal,

4. Menggunakan sepeda kayuh tidak menimbulkan pencemaran.

Belakangan, saya terkejut dengan hasil kajian BAPEDAL yang sempat dilansir salah satu media cetak di Indonesia bahwa polusi di kota Surabaya lebih parah debandingkan kota Jakarta. Lebih lanjut diterangkan bahwa polusi udara di kota Surabaya lebih banyak diakibatkan oleh asap kendaraan bermotor dibandingkan asap pabrik industri, rumah tangga dan juga pembakaran sampah.

Dalam hal ini saya menjadi sangat bersepakat dengan pernyataan Prof. Mukono (Pengajar Ilmu Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Airlangga Surabaya, bahwa resiko terkena penyakit kanker semakin tinggi bila pola hidup tidak sehat disamping adanya pengaruh kualitas lingkungan. Dalam hal ini saya bersyukur telah ikut mengurangi tingkat polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan berupaya untuk hidup sehat dengan berolah raga secara rutin. Pertanyaan yang saya ingin ajukan kepada setiap orang yang ada adalah dapatkah anda ikut menggunakan sepeda kayuh saat menuju kantor?

IMPORTANT ; Peralatan Standar Saat Bersepeda Kayuh

1. Helm
2. Reflektor/Mata Kucing/Lampu untuk malam hari
3. fender/Slebor & Jas Hujan saat musim penghujan
4. Bel sepeda
5. Masker penahan polusi udara
6. Kaca mata pelindung debu, sinar
7. Lainnya, disesuaikan dengan keinginan

Untuk Di Kenang

Untuk Di Kenang

Bahan Pertimbangan ; Mengapa Bersepeda Kayuh

1. Ekonomis
a. Tidak perlu membeli bensin,
Cukup sangu air putih dari rumah.
b. Tidak perlu membeli olie,
Cukup dengan merawat sepeda secara rutin.
c. Tidak perlu ke tempat pencucian kendaraan bermotor,
Cukup dengan menggunakan lap untuk membersihkan
sepeda,
d. Tidak Perlu membayar Pajak Kendaraan Bermotor tiap
tahun,
Cukup di tabung untuk keperluan lainnya.
2. Sehat
a. Secara tidak langsung telah melakukan olah raga memperkuat otot, mengurangi lemak, melatih kemampuan keseimbangan dan juga meningkatkan kemampuan jantung.
b. Lebih banyak menghirup dan menghembuskan banyak udara, sehingga partikel beracun tidak sempat mengendap di paru-paru dan salurannya.
c. Bangun Pagi lebih awal dan tidur tidak larut malam.
3. Fleksibel
a. Dapat ditempatkan dalam ruangan kecil sekalipun,
kecuali Kamar Mandi.
b. Dapat melalui jalan dalam keadaan bagaimanapun,
kecuali Rel Kereta Api.
c. Dapat di gunakan oleh siapapun,
kecuali yang hilang ingatan.
d. Dapat di kendarai kapanpun,
kecuali ada jam malam.
4. Ramah Lingkungan
a. Tidak mencemari udara,
kecuali saat pengendaranya mules.
b. Tidak menimbulkan suara,
kecuali aksesoris sepeda berupa bel/klakson dibunyikan.
c. Tidak mencemari sungai,
kecuali pabrik sepeda membuang limbah ke sungai.

catatan ; Saran saat Bersepeda Kayuh

1. Bawalah Selalu Air minum,
2. Mengalah & berhati-hati pada semua jenis kendaraan Bermotor yang melintas di jalan,
3. Hindari melawan arus Lalu lintas,
4. Hindari melalui Trotoar pejalan kaki,
5. Berhenti saat tanda Kereta Api akan melintas,
6. Patuhi Rambu Lalu Lintas,
7. Selalu memberi tanda saat akan berbelok di jalan raya,
8. Menyapa pengendara sepeda kayuh lainnya saat bertemu di jalan raya,
9. Waspada saat bersepeda di musim penghujan.
10. Hindari bersepeda kayuh dengan cara ditarik oleh kendaraan bermotor,
11. Upayakan tidak berjejeran saat bersepeda beramai-ramai,
12. Pergunakan alas kali yang dirasa nyaman dan aman,
13. Hindari tempat sepi, gelap,dan rawan tindak kriminal,
14. Upayakan tidak melakukan pengereman mendadak,
15. Berhenti dan turun sepeda kayuh saat menerima telepon, makan dan minum,
16. Hindari menyalip kendaraan lain dari sebelah kiri,
17. Sediakan peralatan mandi dan pakaian ganti saat anda ke Kantor atau Sekolah,
18. Jangan lupa, selalu rawat serta jagalah sepeda kayuh yang anda miliki.

Sepeda Cak Jeng yang Hilang

Sepeda Cak Jeng yang Hilang
Pertama kali selama bisa mencari uang sendiri,beli sepeda untuk diri saya dipergunakanke Kantor.Belum genap 6 bulan sepeda ini dicuri dirumah saya.Malingnya lompat pager rumah.Lihat seksama,sepeda ini dilengkapi senjata laser pada stangnya.

Sepeda Mini

Sepeda Mini
Sepeda kayuh jenis ini yang digunakan oleh om Ardi Mini mengikuti Touring ke Jolotundo di Desa Seloliman Trawas Mojokerto