Sepeda Kayuh, Globalisasi, Climate Change, Global Warming

Latar Belakang

Apapun bentuk dan jenis sepeda anda, komunitas Bike to Work adalah tempatnya"
Kalimat tersebut terkutip dalam pembukaan kampanye penggunaan sepeda sebagai mode transportasi kini di abad ke 20, abad yang serba tekhnologi digital, Industrialisasi dan komersialisasi. Sejenak, Konferensi Perubahan Iklim Dunia yang dilaksanakan di Pulau Dewata Bali-Indonesia juga sedikit banyak mempengaruhi pemikiran tentang penggunaan alat transportasi ramah lingkungan dengan tenaga kayuh. Banyak sudah kelompok penghobi, toko, Kegiatan maupun kebijakan tentang sepeda bermunculan sebagai bentuk apresiasi terhadap barang bernama sepeda.
Bike To Work merupakan bahasa yang digunakan bagi penyebutan orang-orang yang menggunakan moda transportasi sepeda kayuh saat beraktifitas, khususnya ketika menuju tempat bekerja. Artinya, selain digunakan ke tempat bekerja biasanya digunakan pula untuk pergi ke sekolah, berbelanja, berolah raga, bahkan berbelanja.
Pertanyaan kita adalah apa hubungan sepeda kayuh dengan globalisasi, Perubahan Iklim ataupun Pemanasan Global?

Lingkungan Hidup
Surabaya sebagai kota megapolitan dengan segala kemajuannya ternyata mengalami penurunan bahkan kemerosotan mutu serta kualitas lingkungan hidupnya. Sebut saja pada beberapa waktu lalu Badan Pengendalian Lingkungan Propinsi Jawa Timur melansir di media bahwa “Polusi Udara Kota Surabaya lebih parah kota Jakarta”, banjir, papan reklame tumbang dan lain sebagainya. Kalau dipertanyakan siapa yang bertanggung jawab, tidaklah tepat bila jawaban atas terjadinya kerusakan disebabkan oleh alam atau paling tidak ada ungkapan “ini bentuk murka Tuhan kepada umat manusia.
Terjadi banyak perdebatan yang tiada berujung hingga Badan Perencana Pembangunan Kota Surabaya dan Dinas Pertamanan Kota Surabaya melakukan tindakan nyata mulai menggusur SPBU-SPBU untuk dijadikan taman, perbaikan taman hingga terakhir digulirkan rencana pembuatan infrastruktur bagi sepeda kayuh.
Urusan kesehatan dan lingkungan hidup adalah hal pokok bagi kita semua seiring dengan pemenuhan pangan, sandang dan papan yang artinya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks hubungan social manusia sebagai Makhluk Tuhan, Makhluk Ekonomi dan Makhluk Sosial (Notonegoro). Bagaimana upaya-upaya yang dijalankan demi tercapainya kebutuhan secara ideal merupakan tanggung jawab Pemerintah, Publik, dan juga Pengusaha disuatu koloni masyarakat.

Tren Bersepeda Kayuh
Di beberapa Negara Asia, sepeda kayuh merupakan identitas kebudayaan yang menjadi komoditas pariwisata seperti di kota Jogyakarta. Kini dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan jasa penjamin keuangan yang ada membuka luas kemudahan masyarakat memperoleh kendaraan bermotor baik roda dua ataupun roda empat. Disadari atau tidak, bersepeda kayuh untuk melakukan kegiatan harian menjadi pilihan terakhir karena variable mudahnya memperoleh kendaraan bermotor.
Bersepeda kayuh bagi sebagian masyarakat urban merupakan pilihan berolah raga setelah bekerja di kantor-kantor. Sementara mereka yang bekerja di pabrik-pabrik, menggunakan sepeda kayuh untuk menyiasati Upah rendah yang di terima.Dari hal tersebut muncul pengkatagorian sepeda kayuh berdasarkan fungsi serta nilai ekonomisnya. Tidak lah berlebihan bila kemunculan banyaknya komunitas sepeda kayuh mengidentifikasikan kemunculan kelas-kelas social dan kondisi lingkungan hidup yang selama ini menjadi pembicaraan akan gagasan kesetaraan, keadilan serta kesejahteraan bangsa cerminan situasi social politik di Negara-negara dunia ketiga.

Pengelolaan Komunitas menuju Pengembangan Komunitas
Ketika globalisasi mampu menghasilkan kemajuan ilmu dan tekhnologi dalam taraf yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, terdapat sekitar 1,3 milyar manusia di Dunia Ketiga yang hidup dalam kemiskinan atau dengan kata lain terdapat 1 orang miskin di antara 3 penduduknya. Laporan terakhir Bank Dunia memperkirakan bahwa saat memasuki millennium baru, akan terdapat 1,5 milyar manusia yang hidup dalam kemiskinan yang mengenaskan, hina. Menghadapi kondisi kehidupan seperti itu, dan untuk mempertahankan hidup sehari-hari, banyak orang tak segan-segan layaknya suatu kewajiban, melalukan perusakan lingkungan, eksodus penduduk ke kota-kota, dan bahkan tindakan kriminalitas.
Di tingkat lokal kita dapat menyaksikan betapa pengangguran, kejahatan, gizi buruk, bencana serta penggusuran paksa menghiasi benang kusut persoalan kehidupan baik itu pribadi, keluarga, lingkungan bahkan bernegara.
Sebagai identitas sosial, kelompok mapan di harapkan dapat menjadi sedikitnya penyeimbang situasi sosial lingkungannya. Paling tidak, sewaktu-waktu dapat duduk bersama membincangkan suatu tindakan bersama sebagai kelompok penyeimbang dari perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan jalannya perubahan pada harkat serta martabat kemanusiaan.
Berangkat dari kesadaran berkumpul untuk memproses pemenuhan kebutuhan bersama, terdapat kenyataan disekitar suatu tuntutan untuk melakukan langkah utama dalam menyikapi sekian perubahan yang tidak mengenal ruang dan waktu. Terdapat konsekuensi bertindak untuk selalu menempatkan manusia sebagai subyek perubahan dari permasalahan yang begitu kompleks tanpa menafikkan peraturan yang berlaku di masyarakat juga Negara. Artinya selain menjawab bagaimana suatu kelompok memiliki kemampuan mengelola sekian banyak gagasan, juga di butuhkan upaya meretas dukungan multipihak sebagai stakeholder sebuah Bangsa Berbudaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WACANA : Bersepeda Kayuh menuju Kantor

(Dimuat di Koran Harian SURYA}

Kabar tentang telah terjadinya kerusakan alam yang diakibatkan oleh umat manusia telah banyak kita dengar, baca, bahkan kita saksikan di seputaran belahan bumi, juga di tanah air tercinta Indonesia. Dampak lain terjadinya kerusakan alam juga telah mempengaruhi tingkat baik buruknya hidup manusia.

Berbekal informasi tersebut diatas, saya selama satu (1) bulan yang lalu memberanikan diri untuk berniat menggunakan sepeda kayuh saat menuju kantor yang berjarak + 7 km dari kediaman. Dari niatan saya tersebut, terdapat gambaran untuk melakukannya secara terjadwal atau secara rutin setiap hari kerja. Persiapan mengayuh sepeda dimulai dengan melengkapi peralatan yang dapat membantu selama perjalanan yaitu : Botol air minum, Sapu tangan guna mengurangi polusi asap kendaraan bermotor, Kaca mata pelindung debu, helm “cibhuk” ,jas hujan, serta tidak lupa membawa pakaian ganti. Pada awal niatan tersebut memang terjadi ketidak percayaan pihak lain terhadap niatan tersebut dengan seribu satu pemikiran pesimistik, tapi apa salahnya untuk mencoba suatu hal yang baru.

Pagi harinya disaat sinar matahari sedang menghangat, saya mulai mengayuh sepeda melalui jalanan padat oleh kendaraan bermotor baik roda dua ataupun empat. Saat melalui jalan yang tidak lebar bahkan jalanan umum, betapa kesabaran serta emosi saya diuji. Bagaimana tidak, suara bel dan klakson kendaraan bermotor silih berganti menyentak hati, juga tidak sedikit kendaraan bermotor pribadi maupun umum yang seringkali hampir menyerempet saya saat mendahului. Di saat-saat seperti itulah saya membayangkan betapa nyamannya bersepeda bila tersedia jalan khusus pengguna sepeda kayuh karena cukup banyak mereka yang menggunakan sepeda kayuh untuk bekerja menyambung hidup.

Tidak terasa, waktu tempuh menuju kantor tidak lebih dari duapuluh lima (25) menit dengan kayuhan santai namun cukup membuat keringat membasahi punggung yang tertutupi oleh tas ransel. Setibanya di kantor tanpa menunggu waktu, saya menenggak air putih yang tersedia sambil mengeringkan tubuh yang berkeringat untuk segera mengganti pakaian yang basah.

Kini, telah lebih dari satu (1) bulan saya menggunakan sepeda kayuh menuju kantor. Beberapa keuntungan yang telah saya petik dari kegiatan tersebut:

1. Tidak Perlu membeli bahan bakar dan pelumas untuk kendaraan bermotor,

2. Secara tidak langsung telah melakukan olah raga,

3. Bangun pagi lebih awal,

4. Menggunakan sepeda kayuh tidak menimbulkan pencemaran.

Belakangan, saya terkejut dengan hasil kajian BAPEDAL yang sempat dilansir salah satu media cetak di Indonesia bahwa polusi di kota Surabaya lebih parah debandingkan kota Jakarta. Lebih lanjut diterangkan bahwa polusi udara di kota Surabaya lebih banyak diakibatkan oleh asap kendaraan bermotor dibandingkan asap pabrik industri, rumah tangga dan juga pembakaran sampah.

Dalam hal ini saya menjadi sangat bersepakat dengan pernyataan Prof. Mukono (Pengajar Ilmu Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Airlangga Surabaya, bahwa resiko terkena penyakit kanker semakin tinggi bila pola hidup tidak sehat disamping adanya pengaruh kualitas lingkungan. Dalam hal ini saya bersyukur telah ikut mengurangi tingkat polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan berupaya untuk hidup sehat dengan berolah raga secara rutin. Pertanyaan yang saya ingin ajukan kepada setiap orang yang ada adalah dapatkah anda ikut menggunakan sepeda kayuh saat menuju kantor?

IMPORTANT ; Peralatan Standar Saat Bersepeda Kayuh

1. Helm
2. Reflektor/Mata Kucing/Lampu untuk malam hari
3. fender/Slebor & Jas Hujan saat musim penghujan
4. Bel sepeda
5. Masker penahan polusi udara
6. Kaca mata pelindung debu, sinar
7. Lainnya, disesuaikan dengan keinginan

Untuk Di Kenang

Untuk Di Kenang

Bahan Pertimbangan ; Mengapa Bersepeda Kayuh

1. Ekonomis
a. Tidak perlu membeli bensin,
Cukup sangu air putih dari rumah.
b. Tidak perlu membeli olie,
Cukup dengan merawat sepeda secara rutin.
c. Tidak perlu ke tempat pencucian kendaraan bermotor,
Cukup dengan menggunakan lap untuk membersihkan
sepeda,
d. Tidak Perlu membayar Pajak Kendaraan Bermotor tiap
tahun,
Cukup di tabung untuk keperluan lainnya.
2. Sehat
a. Secara tidak langsung telah melakukan olah raga memperkuat otot, mengurangi lemak, melatih kemampuan keseimbangan dan juga meningkatkan kemampuan jantung.
b. Lebih banyak menghirup dan menghembuskan banyak udara, sehingga partikel beracun tidak sempat mengendap di paru-paru dan salurannya.
c. Bangun Pagi lebih awal dan tidur tidak larut malam.
3. Fleksibel
a. Dapat ditempatkan dalam ruangan kecil sekalipun,
kecuali Kamar Mandi.
b. Dapat melalui jalan dalam keadaan bagaimanapun,
kecuali Rel Kereta Api.
c. Dapat di gunakan oleh siapapun,
kecuali yang hilang ingatan.
d. Dapat di kendarai kapanpun,
kecuali ada jam malam.
4. Ramah Lingkungan
a. Tidak mencemari udara,
kecuali saat pengendaranya mules.
b. Tidak menimbulkan suara,
kecuali aksesoris sepeda berupa bel/klakson dibunyikan.
c. Tidak mencemari sungai,
kecuali pabrik sepeda membuang limbah ke sungai.

catatan ; Saran saat Bersepeda Kayuh

1. Bawalah Selalu Air minum,
2. Mengalah & berhati-hati pada semua jenis kendaraan Bermotor yang melintas di jalan,
3. Hindari melawan arus Lalu lintas,
4. Hindari melalui Trotoar pejalan kaki,
5. Berhenti saat tanda Kereta Api akan melintas,
6. Patuhi Rambu Lalu Lintas,
7. Selalu memberi tanda saat akan berbelok di jalan raya,
8. Menyapa pengendara sepeda kayuh lainnya saat bertemu di jalan raya,
9. Waspada saat bersepeda di musim penghujan.
10. Hindari bersepeda kayuh dengan cara ditarik oleh kendaraan bermotor,
11. Upayakan tidak berjejeran saat bersepeda beramai-ramai,
12. Pergunakan alas kali yang dirasa nyaman dan aman,
13. Hindari tempat sepi, gelap,dan rawan tindak kriminal,
14. Upayakan tidak melakukan pengereman mendadak,
15. Berhenti dan turun sepeda kayuh saat menerima telepon, makan dan minum,
16. Hindari menyalip kendaraan lain dari sebelah kiri,
17. Sediakan peralatan mandi dan pakaian ganti saat anda ke Kantor atau Sekolah,
18. Jangan lupa, selalu rawat serta jagalah sepeda kayuh yang anda miliki.

Sepeda Cak Jeng yang Hilang

Sepeda Cak Jeng yang Hilang
Pertama kali selama bisa mencari uang sendiri,beli sepeda untuk diri saya dipergunakanke Kantor.Belum genap 6 bulan sepeda ini dicuri dirumah saya.Malingnya lompat pager rumah.Lihat seksama,sepeda ini dilengkapi senjata laser pada stangnya.

Sepeda Mini

Sepeda Mini
Sepeda kayuh jenis ini yang digunakan oleh om Ardi Mini mengikuti Touring ke Jolotundo di Desa Seloliman Trawas Mojokerto